Di suatu masa dalam perjalan panjang,
hiduplah seorang gadis kecil yang menatapi dunia dalam jendela kecilnya,
melihat keramaian jalan perkotaan yang menyisihkannya dalam masyarakat kota. Dalam
dunianya yang kecil, gadis itu sering menemukan hal baru yang menarik. Walaupun
dengan kesendiriannya, gadis cilik itu tetap menemukan kebahagian.
Seiring dengan berjalannya waktu, gadis itu tumbuh menjadi
remaja yang mulai mengerti arti teman dan sahabat, begitupula cinta. Namun lebih
dari segala itu, satu hal yang selama ini didambakan oleh gadis itu yaitu
seorang sahabat. Tersenyum, bermain, dan tertawa bersama dengan orang-orang
baru membuatnya melupakan dunianya yang kecil, karena kini dunianya mulai
meluas. Semakin luas dunianya semakin dalam gadis itu mengerti bahwa dunia
sekitarnya tidak seramah dan sebaik yang dia kira. Terkadang gadis itu kembali
melihat dunia melalui jendela kecilnya, dan berfikir “Apa yang orang-orang itu
sembunyikan?”, begitulah yang selalu difikirkannya.
Gadis yang meranjak remaja itu menemukan bahwa yang
diinginkannya adalah hal yang sulit. Dulu, gadis itu selalu tertawa bahagia
dalam kesendiriannya, namun kini kesendirian itu melecuti hatinya. Sudah sering
dirinya bertemu orang baru yang membuatnya bahagia, tapi detik berikutnya orang
itulah yang melukai hatinya. Berkali-kali dia kembali ke dunianya untuk
melupakan luka dalam hatinya, tapi berkali-kali pula dia ingin menemukan hal yang
baru, orang yang baru, dan kebahagiaan yang baru. Sebagai salah satu sifat
manusia yang tidak pernah merasa puas.
Menyembuhkan luka bukanlah tidak meninggalkan bekas, dan bukan
tidak mungkin luka itu semakin dalam. Kini gadis remaja itu tumbuh sampai di
ujung masa keremajaannya, disaat inilah seharusnya dia sudah lebih matang dan
tegar. Dicambuk berbagai pengkhianatan dan cacian, dia berdiri dengan tegap, mempertahankan
tubuhnya yang setiap saat bisa tumbang. Dengan matanya yang nanar melihat
dunia, yang menurutnya tidak adil, menyesali segala masa pencariannya, akhirnya
gadis itu pasrah dan membiarkan dirinya tenggelam dalam luapan kesedihannya.
Dengan perlahan gadis itu kini meninggalkan masa remajanya dan
menatap jendela kecilnya. Melangkah menuju dunia orang-orang yang dulu
dilihatnya, dimana semua orang bisa menyembunyikan wajah mereka, dan gadis itu
bersumpah dalam hatinya, “Aku tidak akan pernah membuka jendela itu lagi”.
By : Mg P Rindi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar